Monday, January 9, 2012

Kemajuan Internet dalam Hubungan Interpersonal part II


BAB II
TINJAUAN TEORITIK
            Menurut Pearson (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) manusia adalah makhluk sosial. Artinya,sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.

Baron dan Byrne (2006) menjelaskan interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike, jadi ketika kita berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut.Hal ini bukan hanya terjadi pada dua orang yang bertemu secara langsung saja. Namun, orang yang berkenalan melalui dunia maya juga dapat memberikan penilaian seseorang walaupun bukan melalui sikap melainkan kata-katanya saat berkomunikasi melalui internet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction), yaitu faktor internal, eksternal, dan interaksi.Dalam faktor internal terdapat kebutuhan untuk berinteraksi dan pengaruh perasaan yang dimana, sebuah penemuan menunjukkan bahwa orang asing akan lebih menyukai jika kita mengucapkan kalimat yang menyenangkan. Jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin.Hal seperti ini banyak ditemukan di dunia maya yang melakukan perkenalan melalui chatting. Kemudian faktor eksternal, berupa kedekatan dimana biasanya proses kedekatan ini terasa semakin dekat apabila jaraknya dekat sehingga sering bertemu. Namun, berbeda dengan menjalin kedekatan melalui dunia maya yang timbulnya karena intens berkomunikasi dan saling memberi kenyamanan satu sama lain. Terakhir adalah faktor interaksi, di dalam faktor interaksi dijelaskan mengenai adanya persamaan-perbedaan. Miller & Perlman (2009) (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal usul, minat, dan pengalaman yang sama. Jones menjelaskan bahwa kita merasa senang saat menemukan terdapat hal yang mirip dengan orang yang kita sukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan saat kita mengetahui bahwa pandangannya berbeda dengan yang kita miliki (Jones dalam Pines, 1999, dalam Sarwono dan Meinarno, 2009).
Menurut Baron & Byrne (2006), cinta adalah kombinasi dari emosi, kognisi dan perilaku yang sering memainkan peran penting dalam hubungan yang intim. Dalam teori Stenberg (dalam Baron dan Byrne, 2006), mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan (commitmen/decision). Passion dideskripsikan sebagai keadaan emosional yang liar : perasaan lembut, dan hasrat seksual, kegembiraan dan kesedihan, kecemasan dan ketenangan, altruisme, kecemburuan yang saling bercampur aduk dalam satu perasaan (Berscheid & Walster, 1978, dalam Taylor, 2009). Komitmen merupakan dimensi dimana, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen yang dibagi bersama pasangan. Pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan yang berlanjut dan hangat ( Turner & Helms, 1995 dalam Sarwono dan Meinarno, 2009).

Dari beberapa teori yang telah dijelaskan, fenomena cinta melalui dunia maya hingga sampai ke jenjang pernikahan awalnya didasari oleh adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut merupakan tahap awal dalam menjalin hubungan interpersonalnya. Faktor internal terdapat kebutuhan untuk berinteraksi dan pengaruh perasaan, faktor eksternal berupa kedekatan, dan faktor interaksi yaitu adanya persamaan-perbedaan. Kemudian, setelah adanya faktor-faktor tersebut timbul kecocokan dan rasa ingin bertemu antara keduanya. Hal yang menyebabkan timbulnya rasa ingin bertemu adalah adanya passion/hasrat yang tinggi antara keduanya karena ingin secara langsung lebih menjalin kedekatan. Akhirnya, mereka bisa sampai ke jenjang pernikahan itu karena adanya komitmen untuk membangun hubungan ke arah yang lebih serius, yakni melalui pernikahan. Keintiman dalam fenomena ini kurang begitu terlihat dikarenakan waktu perkenalan diantara keduanya yang relatif sebentar hanya 3 bulan.

No comments:

Post a Comment