Saturday, December 3, 2011

Kutai Kartanegara dan penyebab runtuhnya


Sunday, November 27, 2011
TENGGARONG, suaramerdeka.com - Hingga saat ini, penyebab ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara atau Jembayan Mahakam II masih misterius. Tak ayal muncul berbagai spekulasi di sejumlah kalangan mengenai penyebab ambruknya jembatan gantung berusia 10 tahun ini.

Asrin Surianto, dosen di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong mengungkapkan ada tiga hal penyebab ambruknya jembatan tersebut. Yang pertama adalah labilnya kondisi tanah. "Seringkali kalau lewat di jembatan itu, jembatan seakan bergoyang. Ini dikarenakan struktur tanah yang labil," ujarnya.

Kedua, konstruksi jembatan yang salah prosedur, dan ketiga karena konstruksinya salah sehingga tak mampu menahan beban di atasnya. "Tiang utama ada dua. Fondasi dibantu dengan tali kawat besi. Karena seringnya dilewati kendaraan berat seperti truk kontainer dan bis, jadinya bebannya makin berat," ujarnya.

Sementara, seorang warga Tenggarong, Juliansyah, mengatakan penyebab ambruknya jembatan itu karena putusnya kawat penahannya. "Mungkin karena sudah tua kali ya," katanya.

Sementara, sejumlah warga Tenggarong berharap agar pemegang kekuasaan menjadikan insiden ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara atau Mahakam II sebagai pelajaran. "Semoga jadi pelajaran bagi pejabat daerah dan pejabat teknis terkait," ujar Syahli (39), warga Lempake, Samarinda.

Dia menyatakan, kemungkinan ada penyalahgunaan dana pembangunan jembatan karena dia menganggap konstriksi bangunan jembatan kurang bagus. "Memang penyebabnya masih diselidiki, tapi kayaknya konstruksinya yang kurang bagus karena dananya dikorupsi. Biasalah dikorup sana sini. Spesifikasi teknisnya akal-akalan,” ujarnya.

Jembatan Mahakam II ini mulai dibangun fondasinya sekitar tahun 1994-1995, dan diresmikan pada pada 2001.
Sebenarnya jembatan ini awalnya bernama “Jembatan Gerbang Dayaku” yang diambil dari slogan pembangunan gagasan Bupati Kutai Kartanegara saat itu, Syaukani Hasan Rais. Entah kenapa sejak Syaukani tidak menjabat lagi sebagai bupati, jembatan inipun berganti nama menjadi Jembatan “Kutai Kartanegara ing Martadipura” atau lebih akrab disebut“Jembatan Kartanegara”, tetapi masyarakat lebih senang dgn menyebut Jembatan Tenggarong, demikian juga dgn Orang-orang Jakarta yg pernah ke sana.
Sisa badan jalan yg runtuh
Dengan adanya jembatan ini memang jarak tempuh Samarinda ke Tenggarong menjadi lebih dekat & cepat, kurang lebih sekitar 30 menit dari jembatan Mahakam I di samarinda ke Mahakam II alias Jembatan Kartanegara tadi.
Sejumlah Temuan
Beberapa insinyur sipil berjalan menuju bentang pendek (di sisi Tenggarong) Jembatan Kartanegara, pada Senin siang yang terik, kemarin. Dipimpin Iwan Zarkarsih, kasubdit Teknik Jembatan, Ditjen Bina Marga, Kementerian PU, tim menemukan penggantung kabel penyangga jembatan menancap di tanah, sekitar lima meter dari fondasi jembatan. Kaltim Post sempat mengikuti pemeriksaan oleh tim ini.
Penggantung (hanger) kabel penyangga ini panjangnya satu meter, berbahan baja, dan memiliki berat sepuluh kilogram. Sejumlah anggota tim menduga, penggantung yang berfungsi sebagai pengait kabel penyangga pada kabel utama tak mampu menahan beban. Sebab, mur yang menempel di penggantung ditemukan patah.
Tim kemudian menyaksikan, dua kabel utama tidak ada yang putus. Ketika naik ke bentang pendekat jembatan, beberapa kabel utama bagian kanan terlepas dari tempatnya. Bahkan, rumah kabel baja itu rusak. Diduga kuat, kabel utama sebelah kanan bergetar sangat hebat ketika kejadian.
Di sepanjang kabel utama itu juga tidak satu pun kabel yang mengangkat jembatan tersisa. Semuanya ikut tenggelam bersama bentang panjang. Untuk bentang pendekat (di kedua bagian pinggir), kabel penyangga berserakan di tanah. “Kemungkinan besar kabel-kabelnya yang putus. Sementara kabel ini adalah kekuatan utama konstruksi,” sebut Iwan kepada anggota timnya.
Apa yang menyebabkan kabel dan hanger-nya itu tak kuat menahan bentang jembatan, masih diselidiki. “Belum tentu spesifikasi kabel dan penggantungnya yang tidak sesuai. Bisa jadi ada faktor-faktor lain. Ini yang harus diketahui berikutnya,” tutur seorang anggota tim.
Dalam diskusi di dalam tim, diduga beberapa kabel yang putus pada awal kejadian. Secara teknis bisa dijelaskan, putusnya satu dari 38 kabel penyangga dapat memberikan efek domino pada kabel lainnya; beban tambahan. Kelebihan tegangan, satu per satu kabel ikut putus.
Sejumlah saksi mata yang ditemui Kaltim Post menguatkan skenario itu. Johan Kusuma (22), warga Teluk Dalam, Tenggarong Seberang yang tinggal sekitar 200 meter dari jembatan mengaku, mendengar suara kabel putus. Kemudian diikuti dentuman mahadahasyat saat badan jalan berikut rangka jembatan menghantam permukaan Sungai Mahakam.
Namun demikian, penyebab mengapa kabel penyangga berikut penggantungnya itu putus dari kabel utama masih misteri. Begitupun pengaruh kegiatan perbaikan jembatan beberapa hari ini.
Baru 10 Tahun
Sebelum Kutai dimekarkan menjadi tiga kabupaten (Kutai Kartanegara, Kutai Barat, dan Kutai Timur), jembatan ini sudah dicanangkan pembangunannya. Bupati Kutai HAM Sulaiman memulai pembangunan jembatan yang saat itu memerlukan biaya Rp 190 miliar.
Keterangan yang dihimpun, perlu waktu lama membangun fondasi, memasang pylon yang tingginya sekira 63 meter, serta jalinan kabel utama dan penyangga. Apalagi, jembatan ini dibangun dengan teknologi tinggi.
Baru enam tahun kemudian pada masa Bupati Syaukani Hasan Rais, jembatan ini kelar. Pembangunannya lalu diiringi jalan pendekat serta jalan dua jalur cor beton menuju Samarinda. Berkat itu, perjalanan Samarinda-Tenggarong yang sebelumnya lebih satu jam setengah via Loa Kulu tinggal menjadi 40 menit.
Selama sepuluh tahun, jembatan ini mendapat tiga kali perbaikan (selengkapnya, silakan lihat infografis). Pada perbaikan ketiga yakni mendongkrak dan mengencangkan kabel jembatan, petaka itu tiba. Petaka 30 detik di sore 26 November 2011.
Sumber: Jawa Pos

No comments:

Post a Comment