Saturday, October 13, 2012

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan



TRANSMISI BUDAYA

Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau hewan dalam suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan informasi baru.Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. mewariskan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lain melalui sebuah kegiatan pengiriman atau penyebaran sebuah kebiasaan/adat istiadat yang sulit untuk diubah disebut dengan transmisi budaya.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.

Contoh transmisi budaya : Budaya indis yang berkembang subur pada abad ke-18 sampai abad ke-19, dan berpusat di wilayah-wilayah tanah partikelir dan di lingkungan Indische landhuizen. Pada permulaan abad ke-20 kebudayaan ini bergeser ke arah urban life seiring dengan hilangnya pusat-pusat kehidupan tersebut.
Pergeseran Budaya Indis menjadi Urban Life menjadi  transmisi budaya yang nyata dalam kehidupan masyarakat zaman dulu. Ada seuatu perubahan kebudayaan dari Indis menjadi kota (urban).

Transmisi budaya ada 3:
1.TRANSMISI VERTICAL
  a. GENERAL ACCULTURATION
      Dari orang yang lebih tua/orang tua, pada budaya sendiri (intra) informal, misal : anak disiplin karena
      melihat orang tuanya
  b. SPECIFIC SOCIALIZATION
      Peristiwa yang disengaja, terarah dan sistematis, misal : anak dididik untuk tidak membantah pada orang
      tua pendidikan formal
2.OBLIQUE TRANSMISION
   Dari orang dewasa lain, yang budayanya sama (enkulturasi/ sosialisasi)dari orang yang budayanya beda
   (akulturasi/ resosialisasi)
  a. GENERAL ACULTURATION
      orang dewasa yang budayanya sama anak meniru sopan-santun orang dewasa, misal : dari guru
  b. SPECIFIC SOCIALIZATION, misal : guru menanamkan sifat-sifat kerja sama
  c. GENERAL ACCULTURATION
      Orang dewasa yang berbudaya beda, misal : model pakaian
  d. SPECIFIC RESOCIALIZATION
3.HORIZONTAL TRANSMISION
  a. GENERAL ENCULTURATION
      Dari teman sebaya pada budaya yang sama, misal : anak ikut-ikutan merokok karena ikut temannya
  b. SPECIFIC SOCIALIZATION
      misal : diskusi kelompok, anak mengikuti aturan bicara bergantian belajar main musik dari teman


Bentuk-bentuk Transmisi Budaya
1. Akulturasi
    Suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
    dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
    diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu
    sendiri.
    Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur diperbaiki dan dimodifikasi melalui kontak ata pemaparan
    langsung dengan kultur yang lain. Sebagai contoh, apabila ada sekelompok imigran yang kemudian
    menetap di Amerika Serikat (kultur tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur
    Tuan rumah ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara berperilaku serta kepercayaan dari kultur tuan rumah ini
    akan menjadi bagian dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada
    waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah

2. Sosialisasi
    Sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi
    lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
    mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
    dijalankan oleh individu.

3. Enkulturasi 
    Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke generasi
    selanjutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar,
    bukan dengan gen. Orang tua, teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di
    bidang kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka.
    Agar budaya terus berkembang, proses adaptasi perlu dilakukan. Paradigma yang berkembang adalah   
    budaya itu dinamis dan merupakan hasil proses belajar. sehingga budaya suatu masyarakat tidak hadir
    dengan sendirinya. Proses belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam masyarakat itu dinamakan 
    Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman.
    Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit
    mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi.

Pengaruh terhadap perkembangan
Akulturasi : Kehadiran budaya asing yang masuk dalam suatu masyarakat tentu memiliki nilai positif dan negatifnya. Seperti yang diketahui bahwa kebudayaan Eropa telah lama masuk Indonesia, namun masyarakat Indonesia sendiri tidak kehilangan ciri khas-nya dan tetap memegang unsur budaya asli. Dampak akulturasi tersebut sebenarnya banyak memberikan manfaat dan perubahan yang positive bagi masyarakat sekitar. Misalnya saja pada bangunan, zaman dulu rumah masyarakat Indonesia sangat sederhana dan rapuh, namun setelah budaya belanda masuk rumah-rumah tersebut lebih kokoh dengan tiang-tiang. Tapi tetap berdasarkan unsur tradisional. Pengaruh tersebut tentu baik bagi perkembangan psikologis individu maupun universal karena memberikan perluasan berfikir.

Sosialisasi : Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.

Enkulturasi : Pada masa kebudayaan Indis, enkulturasi terjadi dilingkungan pendidikan dimana pengaruh teman sekitar bagi seorang anak lah yang akan ‘membentuk’nya. Kebiasaan hidup mewah misalnya, anak-anak pada masa itu melihat cara para orang dewasa berpakaian, cara atau kebiasaan para orang dewasa merayakan sesuatu dengan berpesta (minum bir bersama).

BIOLOGIS
Suburnya budaya Indis pada awalnya didukung oleh kebiasaan hidup membujang para pejabat Belanda. Pada masa itu ada larangan membawa pasangan dan mendatangakan perempuan Belanda ke Hindia Belanda. Hal itu mendorong para lelaki Belanda menikahi penduduk setempat. Maka terjadilah percampuran darah yang melahirkan anak-anak campuran, serta sevara otomatis menimbulakan budaya dan gaya hidup Belanda-Pribumi/gaya Indis.

AWAL PENGEMBANGAN DAN PENGASUHAN
Pada keluarga bangsawan dan priyayi Jawa, anak-anak diasuh oleh para pembantu yang biasanya di sebut emban. Selain emban ada juga inya yang bertugas menyusui dan wuucumbu (abdi pendamping). Pembagian tugas yang seperti demikian ternyata diikuti juga oleh keluarga Belanda, Indo, dan priyayi baru. Anak-anak meraka diasuh oleh para babu, jongos, dan sopir. Para pembantu rumah tangga tersebut tidak hanya sekedar mengurus rumah tetapi juga menjaga anak-anak para majikan mereka dan pembagian kerja seperti itu tidak dikenal di negara Belanda.
Jelas dari hal tersebut, kelekatan (attachment) antara anggota keluarga misalnya anak dan orang tuanya tidak akan begitu kuat dikarenakan intensitas pertemuan dan melakukan kegiatan bersama, anak lebih sering dilakukan dengan pengasuh dan bukan orang tuanya sendiri. Perkembangan yang terjadi pada anak yang diasuh oleh para pengasuh tersebut juga akan berbeda dibanding dengan perkembangan anak pada masyarakat biasa.Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti Enkulturasi ataupun Akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya. Individu tidak mampu berdiri sendiri, melainkan hidup dalam hubungan antar sesama individu. Dengan demikian dalam hidup dan kehidupannya manusia selalu mengadakan kontak dengan manusia lain. Karena itu manusia sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://id.shvoong.com/law-and-politics/family-law/2245698-enkulturasi-dan-akulturasi/
http://www.imadiklus.com/2012/04/kajian-antropologi-teknologi-pendidikan-kasus-transmisi-budaya-belajar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Nama : M.Nazarudin
NPM : 14510158
Kelas : 3PA03

Wednesday, October 10, 2012

Tentang Psikologi Lintas Budaya



Psikologi Lintas budaya

1. Pengertian psikologi lintas budaya, munculkan minimal 2 tokoh!
a. Menurut Segall, Dasen, dan Poortinga (1990,psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebaranya, sekaligus menghitungkan cara perilaku itu dibentuk dan di pengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.

b. Riset lintas budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematis dan eksplisit antara ubahan-ubahan (variabel) psikologi dibawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan anteseden-an-teseden dan proses-proses yang memerantarai (mediate) kemunculan perbedaan perilaku (eckensberger, 1972, hal. 100)


c. Psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal (Triandis,Malpass, & Davidson, 1972, Hal. 1)


d. Psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa kearah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Dalam sebagian besar kajian, kelompok-kelompok yang dikaji biasa berbicara dengan bahasa berbeda dan dibawah pemerintahan unit-unit politik yang berbeda (Brisling, Lonner, & Thorndike, 1973, hal.5)


e. Psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan (Triandis, 1980, hal. 1)



Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Ahli psikologi berupaya memahami perilaku tertentu manusia dari berbagai sudut pandang seperti kapan biasanya terjadinya perilaku tersebut, mengapa itu bisa terjadi dan memprediksi bentuk perilaku yang akan terjadi.


2. Apa hubunganya belajar psikologi lintas budaya dengan disiplin ilmu lainnya (cont: ilmu sosiologi, antropologi dll)! 

Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya. Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana Triandis (1994) mem buat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya dan perilaku sosial, Ekologi – budaya – sosialisasi – kepribadian – perilaku Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya.



Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin Ilmu lain
·  Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
   Psikologi lintas budaya dan sosiologi sama-sama mengamati perilaku manusia dalam suatu kelompok yang
   mempunyai  hubungan dan kepentingan bersama dalam suatu budaya

·  Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi

   Psikologi lintas budaya dan antropologi sama-sama mempelajari tentang aspek manusia baik dari aspek
   fisik(warna kulit, bentik rambut,mata dan tubuh) ataupun aspek nonfisik (kebudayaan, politik) serta
   keragaman perilaku manusia di dunia.

·  Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Sosial

   Psikologi lintas budaya dan ilmu social mempelajari aspek-aspek yang berhubungan manusia secara
   subyektif, inter-subyektif dan obyektif atau struktural.

·  Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Budaya Dasar

   Psikologi lintas budaya dan ilmu budaya dasar mempelajari tentang konsep-konsep yang dikembangkan
   untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

Perbedaan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu lain

1. Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous
    Psi Indigenous adalah kajian ilmiah mengenai perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi, tidak
    dibawa dari daerah lain, dan didesain untuk masyarakatnya sendiri. Indigenous Psychology merupakan
    suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia
    berdasarkan konteks kultural/budaya. 
    > Jadi, psikologi lintas budaya mengkaji perilaku manusia dalam suatu budaya secara psikologis
       sedangkan psikologi indigenous memahami manusia berdasarkan konteks budaya itu sendiri.
2. Psikologi Lintas budaya dengan Psikologi Budaya
    Psikologi  Budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan,
    mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia.
    > Jadi , Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis,
       dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya
       dapat mentransformasikan dan mengubah psike seseorang.
3. Psikologi Lintas budaya dengan Antropologi
    Antropologi adalahIlmu yg memepelajari  tentang segala aspek manusia yang terdiri dari aspek fisik
    (warna kulit, rambut,mata,tubuh) dan non fisik (kebudyaan, politik)
    > Jadi, perbedaannya adalah psikologi Lintas budaya lebih menilai manusia dari aspek psikologinya
       sedangkan antropologi lebih menilai dari aspek fisik dan non-fisik tergantung dari budayanya.



3. Contoh artikel yang menggambarkan tentang psikologi lintas budaya

Psikologi spiritual, ciri khas suatu agama
Posted on November 4, 2010 by Evanh Cassanova
http://www.blogpsikologi.com/author/evanjh
Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa serta berkehendak dimana perilakunya mencerminkan apa yang difikir, yang dirasa dan yang dikehendakinya. Manusia juga makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus, disamping ia dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya, ia juga dapat meneliti keberagamaan orang lain.

Tetapi apa makna agama secara psikologis pasti berbeda-beda, karena agama menimbulkan makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Bagi sebagian orang, agama adalah ritual ibadah, seperti salat dan puasa, bagi yang lain agama adalah pengabdian kepada sesama manusia bahkan sesama makhluk, bagi yang lain lagi agama adalah akhlak atau perilaku baik, bagi yang lain lagi agama adalah pengorbanan untuk suatu keyakinan, berlatih mati sebelum mati, atau mencari mati (istisyhad) demi keyakinan.


Di sini kita berhadapan dengan persoalan yang pelik dan rumit, yaitu bagaimana menerangkan agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena tu mereka selalu menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya Allahlah yang lebih tahu mana yang benar.


Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika. Meski demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat, sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan sebagai kedunguan. Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar tetapi antara keduanya terjadi perkawinan, seperti yang disebut oleh seorang tokoh psikologi tranpersonal, Ken Wilber; Pernikahan antara Tubuh dan Roh, The Marriage of Sence and Soul.(Ken Wilber, The Marriage of Sence and Soul, Boston, Shambala,2000). Bagi orang beragama, agama menyentuh bagian yang terdalam dari dirinya, dan psikologi membantu dalam penghayatan agamanya dan membantu memahami penghayatan orang lain atas agama yang dianutnya. Secara lahir agama menampakkan diri dalam bermacam-macam realitas; dari sekedar moralitas atau ajaran akhlak hingga ideologi gerakan, dari ekpressi spiritual yang sangat individu hingga tindakan kekerasan massal, dari ritus-ritus ibadah dan kata-kata hikmah yang menyejukkan hati hingga agitasi dan teriakan jargon-jargon agama (misalnya takbir) yang membakar massa. Inilah kesulitan memahami agama secara ilmah, oleh karena itu hampir tidak ada definisi agama yang mencakup semua realitas agama. Sebagian besar definisi agama tidak komprehensip dan hanya memuaskan pembuatnya. Sangat menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian seorang mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya (karamul mu’mini dinuhu, wa muru’atuhu `aqluhu wa hasabuhu khuluquhu)(HR. Ibn Hibban). Ketika nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq, yakni akhlak yang baik, dan nabi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang baik adalah sekuat mungkin jangan marah, ( an la taghdlaba in istatha`ta). ( at Tarhib jilid III, h. 405-406). Jadi pengertian agama itu sangat kompleks. Psikologi agama mencoba menguak bagaimana agama mempengaruhi perilaku manusia, tetapi keberagamaan seseorang juga memiliki keragaman corak yang diwarnai oleh berbagai cara berfikir dan cara merasanya. Seberapa besar Psikologi mampu menguak keberagamaan seseorang sangat bergantung kepada paradigma psikologi itu sendiri. Bagi Freud (mazhab Psikoanalisa) keberagamaan merupakan bentuk ganguan kejiwaan, bagi mazhab Behaviorisme, perilaku keberagamaan tak lebih sekedar perilaku karena manusia tidak memiliki jiwa. Mazhab Kognitip sudah mulai menghargai kemanusiaan, dan mazhab Humanisme sudah memandang manusia sebagai makhluk yang mengerti akan makna hidup yang dengan itu menjadi dekat dengan pandangan agama. Dibutuhkan paradigma baru atau mazhab baru Psikologi untuk bisa memahami keberagamaan manusia. Psikologi Barat yang diassumsikan mempelajari perilaku berdasar hukum-hukum dan pengalaman kejiwaan universal ternyata memiliki bias culture, oleh karena itu teori psikologi Barat lebih tepat untuk menguak keberagamaan orang yang hidup dalam kultur Barat. Psikologi Barat begitu sulit menganalisis fenomena Revolusi Iran yang dipimpin Khumaini karena keberagamaan yang khas Syi’ah tidak tercover oleh Psikologi Barat, sebagaimana juga sekarang tidak bisa membedah apa makna senyum Amrozi ketika di vonis hukuman mati. Keberagamaan seseorang harus diteliti dengan the Indigenous Psychology, yakni psikologi yang berbasis kultur masyarakat yang diteliti. Untuk meneliti keberagamaan orang Islam juga hanya mungkin jika menggunakan paradigma The Islamic Indigenous Psychology. Psikologi sebagai ilmu baru lahir pada abad 18 Masehi meski akarnya menhunjam jauh ke zaman purba. Dalam sejarah keilmuan Islam, kajian tentang jiwa tidak seperti psikologi yang menekankan pada perilaku, tetapi jiwa dibahas dalam kontek hubungan manusia dengan Tuhan, oleh karena itu yang muncul bukan Ilmu Jiwa (`ilm an nafs), tetapi ilmu Akhlak dan Tasauf. Meneliti keberagamaan seorang muslim dengan pendekatan psikosufistik akan lebih mendekati realitas keberagamaan kaum muslimin dibanding dengan paradigma Psikologi Barat. Term-term Qalb, `aql, bashirah (nurani), syahwat dan hawa (hawa nafsu)yang ada dalam al Qur’an akan lebih memudahkan menangkap realitas keberagamaan seorang muslim. Kesulitan memahami realitas agama itu direspond The Encyclopedia of Philosophy yang mendaftar komponen-komponen agama.

Menurut Encyclopedia itu, agama mempunyai ciri-ciri khas (characteristic features of religion) sebagai berikut :

1. Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan)
2. Pembedaan antara yang sakral dan yang profan.
3. Tindakan ritual yang berpusat pada obyek sacral
4. Tuntunan moral yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan
5. Perasaan yang khas agama (takjub, misteri, harap, cemas, merasa berdosa, memuja) yang cenderung
    muncul di tempat sakral atau diwaktu menjalankan ritual, dan kesemuanya itu dihubungkan dengan
    gagasan Ketuhanan.
6. Sembahyang atau doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan Tuhan
7. Konsep hidup di dunia dan apa yang harus dilakukan dihubungkan dengan Tuhan
8. Kelompok sosial seagama, seiman atau seaspirasi.

Urgensi pendekatan Indigenous Psychology bukan saja karena agama itu sangat beragam, bahkan satu agamapun, Islam misalnya memiliki keragaman keberagamaan yang sangat kompleks. Orang beragama ada yang sangat rational, ada yang tradisional, ada yang “fundamentalis” dan ada yang irational. Keberagamaan orang beragama juga ada yang konsisten antara keberagamaan individual dengan keberagamaan sosialnya, tetapi ada yang secara individu ia sangat saleh, ahli ibadah, tetapi secara sosial ia tidak saleh. Sebaliknya ada orang yang kebeagamaanya mewujud dalam perilaku sosial yang sangat saleh, sementara secara individu ia tidak menjalankan ritual ibadah secara memadai.


Daftar Pustaka


id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2558:psikologi-lintas-budaya&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210


NAMA : M. NAZARUDIN

KELAS : 3PA03
NPM : 14510158

Wednesday, October 3, 2012

jual jam korea jual jam murah jual jam lucu jual jam unik


jual jam korea jual jam murah jual jam lucu jual jam unik yang tentunya bikin anda suka,, harga yang ditawarkan murah kok.. dari 50.000 sampai 85.000 saja,, harga murah gak bikin anda kecewa yang pasti karena barang yang kami jual bagus.. 
dan inilah produk kami..


CK round diamond IDR 55.000

cute fashion IDR 55.000

fashion sport silicon IDR 60.000

geneva woman jewelry IDR 65.000

Gucci woman jewelry IDR 65.000

Ion sport IDR 45.000




Lasika water ressist IDR 75.000

sport nike and puma IDR 75.000

monol crystal IDR 55.000

monol silicon IDR 50.000

monol transparan IDR 55.000

dan untuk pemesanan langsung hubungin saja 085647638800 atau 269BC065